Bismillah
Kali ini saya mau sedikit cerita aja, terkait beberapa kejadian yang menyejukkan mata dan yaah jadi ngerasa sedih dan terharu. Juga semakin termotivasi untuk bisa mengamalkannya juga.
Kisah pertama :
Sepertinya waktu malam ke 4. Ada jamaah bapak bapak mungkin umur sekitar 40an. Yaa masih terlihat muda, enggak terlalu keliatan tua banget. Beliau membawa kedua anaknya yang laki-laki. Satunya mungkin sekitar umur 6 tahun, dan satunya mungkin umur 3 atau 4 tahun.
Posisi bapak ini disebelah kiri saya, kemudian di sebelah kiri bapaknya ada anak yang kecil dan anak satunya di depan anak yang kecil. Kegambar ya?
Anak yang terkecil, sebelahnya itu langung tembok masjid. Jadi emang ambil posisi di pojok kiri bagian masjid. Kayaknya sengaja supaya enggak terlalu mengganggu orang lain. Bapak ini udah punya strategi sendiri untuk mengurus anaknya.
Bagian penyejuk matanya adalah ketika mulai sholat tarawih.
Di sela-sela pergantian rakaat, ketika si kakak ingin berbicara agak keras maka seketika sang ayah mengisyaratkan supaya diem atau jangan keras keras “sstttt”. Bapak bapak ini sangat memahami perkara adab, yang mana harus diajarkan sejak dini ke anak anaknya.
Di sela-sela sholat juga sang bapak sesekali memberikan isyarat ke adeknya (yang di sebelah kirinya) untuk khusyuk dalam sholatnya. Supaya jangan terlalu banyak bergerak.
Meskipun masih kecil, bapak ini tetap mengajarkan adab dan tidak membiarkan anaknya seenaknya sendiri ketika sholat. Artinya bapak ini ngerti fikih sholat. Karena emang sesekali gerakan itu boleh jika diperlukan.
Si kakak akhirnya menyelesaikan sholat tarawih dan witirnya, meski beberapa waktu sedikit mengeluh untuk istirahat. Tapi karena disekelilingnya pada berdiri, akhirnya ikut semangat kembali. Nggak lupa juga sang ayah memotivasinya.
Si adek yang uda mulai tidur”an dan dlosoran di bagian kiri, tapi ya enggak rame. Jadi dia tetep diposisinya dan enggak mengganggu jamaah lainnya. Saya berfikir lagi, saya yakin ini buah dari cara sang ayah menanamkan adab.
Kejadian yang menyejukkan mata, sampai ke hati saya.
Kisah ke-dua :
Malam ini, tepatnya tarawih ke-9. Kebetulan saya bersebelahan dengan teman deket saya yang kameranya sering saya pinjem. Ya uda deket banget lah, cukup sering juga berinteraksi di hari-hari biasa.
Temen saya ini bawa anak laki-lakinya, mungkin umurnya sekitar 5 atau 6 tahun. Anak laki-lakinya ini sebelumnya uda sering ketemu saya, jadi uda kenal.
Bagian menyejukkan mata selanjutnya adalah ketika sholat tarawih, si adek ini disebelah kanan saya dan sebelah kiri ayahnya. Terhimpit gitu posisinya.
Sepanjang tarawih, tidak ada rakaat yang terlewatkan. 8 rakaat dan 3 rakaat witir, semuanya ikut. Tanpa ngeluh, dan cukup menikmati. Tentunya juga enggak lari larian. Adab sudah mulai terbentuk.
Pemandangan yang sangat menyejukkan mata.
…………
Sebenernya ada kisah yang lebih keren lagi dari ini, tapi saya cukupkan dulu.
Itulah penyejuk mata yang sesungguhnya.
Ketika sang orang tua bisa mendidik anaknya menjadi anak yang hebat sejak dini. Yang mengenal adab sejak dini. Yang mengenal sholat dan menegakkannya sejak dini. Yang terbiasa mendengarkan Al Qur’an sejak dini.
Penyejuk mata yang sesungguhnya adalah ketika melihat anak yang sholeh.
Dan mungkin, itulah yang seharusnya orang tua kita rasakan.
Maka jadilah penyejuk mata untuk orang tua kita.
Jadilah sosok anak yang ketika fajar belum terbit, sudah terdengar bacaan Al Qur’annya.
Jadillah sosok anak yang perhatian ketika orang tua mulai lelah.
Jadilah sosok anak yang senantiasa membantu kegiatan rumah, ketika orang tua tak menyuruhnya.
Dan berdoalah semoga kita semua bisa memiliki keturuan anak sholeh, yang akan menyejukkan mata.
رَبِّ هَبْ لِى مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.”
(QS. As Shaffat: 100)
aamiinn….